Setiap yang Berjiwa Pasti Merasakan Mati

Kata orang yang berilmu, bekerjalah seakan kamu akan hidup selamanya di dunia. Beribadahlah seperti kamu akan mati esok hari. Ia melambangkan sebuah keseimbangan antara manjalani hidup dan mempersiapkan kematian. Kalau yang berjiwa itu pasti mati, maka yang paling cerdas adalah yang mempersiapkan kematiannya di saat menjalani kehidupannya. Karena kematian adalah kepastian, pertanyaannya seperti apa kematian kita nanti? Sementara, tidak satu orang pun yang tahu kapan waktu kematiannya.

Beberapa waktu ini, hidup saya berlalu di kantor dan tidak menjadi semakin bijak. Hal terakhir yang mungkin akan saya pikirkan adalah deadline. Semakin saya pikirkan saya semakin menyadari betapa jauhnya persiapan saya. Seakan saya terlupa akan kematian. Beruntung sekali orang-orang yang selalu ingat bahwa tidak selamanya ia akan hidup di dunia ini dan mempersiapkannya.

Kematian salah satu sepupu dekat saya beberapa waktu lalu membawa pukulan keras ke dalam diri saya. Bukan saja tentang kehilangan, tetapi justru refleksi diri. Sepupu saya ini dapat dikatakan yang cukup dekat dengan saya. Rumahnya paling dekat dengan rumah saya, umurnya hanya selisih 6 tahun, cukup sering berkabar, dan terakhir liburan bareng di Jogja bersama teman-temannya. Bisa dikatakan seperti teman sepermainan saya sendiri.



Saat saya melihatnya di rumah duka, saya terus berpikir. Kalau yang terbaring adalah diri saya sendiri, seperti apakah suasana pemakam saya? Apakah saya siap untuk pemakaman saya sendiri? Seperti apa hidup yang akan saya tinggalkan? Apa hal terakhir yang akan saya pikirkan? Siapa yang akan hadir di sana?

Memulai dari yang terpenting
Kejadian ini membuat saya sangat menyadari pentingnya mempersiapkan kematian kita seperti halnya menjalani kehidupan kita. Semoga Tuhan mengizinkan, kita untuk memiliki kematian yang baik dan diridhoi oleh Tuhan serta manusia.



Comments

Popular posts from this blog

I'm Dancing When I Was Shaking

Sederhana dalam Berbahagia

Hi Travelers Keep Travelling