Kecantikan Media Konsumerisme Wanita

Kenapa citra kecantikan di dalam media dapat mempengaruhi tingkat komsumsi wanita? Bagaimana keadaan ini menjadi suatu masalah bagi media dan masyarakat?

      II.            Kecantikan Media Konsumerisme Wanita
Menjadi cantik oleh setiap wanita merupakan suatu keinginan dan hasrat yang akan selalu ada. Karena bagaimanapun juga pengakuan merupakan sesuatu hal yang secara langsung maupun tidak langsung diinginkan oleh hampir setiap orang, terutama pengakuan cantik bagi seorang wanita. Kecantikan itu  tidak hanya sebatas tampilan fisik, melainkan meliputi kualitas pikiran dan jiwa dari seorang wanita.
Namun, penggambaran media terhadap wanita lebih cenderung kepada kecantikan itu adalah tampilan fisik dari diri seorang wanita. Coba saja lihat di dalam iklan-ikaln yang menghiasi televisi kita saat ini, wanita cantik yang di gambarkan adalah wanita-wanita yang berkulit putih, berhidung mancung, tinggi, tubuh berbentuk seperti jam pasir, dan apabila mereka blasteran atau ‘bule’ lebih bagus. Secara tidak langsung kita mengkiblatkan bahwa wanita cantik itu adalah yang tampak seperti bangsa Eropa atau Amerika, sementara kita di Asia merupakan manusia dengan jenis fisik yang berbeda. Secara terus-menerus hal itu terjadi, sehingga lambat laun kita pun semakin memepercayai bahwa standar kecantikan wanita Indonesia adalah seperti itu. Sehingga mulailah bermunculan wanita-wanita Indonesia yang membarat-baratkan dirinya. Rambut hitam mereka dicat, kulit sawo matang mereka disuntik dengan Vitamin C agar menjadi berwarna lebih putih, wajah mereka di make-up dengan berbagai teknik untuk membuat wajah mereka tampak memiliki mata yang lebih lebar, hidung yang lebih mancung, pipi yang lebih tinggi, dan bibir yang lebih indah, serta tidak jarang yang sampai operasi plastic dari mulai untuk mempercantik wajahnya hingga merubah bentuk tubuhnya.
Bagaimanapun juga kita adalah wanita Asia yang jelas-jelas sangat berbeda dengan wanita-wanita yang tinggal di barat, standar kecantikannya pun tentu saja berbeda. Padahal, kecantikan alami dari wanita Indonesia sebagai orang Asia memiliki suatu keeksotisan tersendiri serta membawa karakternya yang sangat Indoesia sekali. Penggambaran media mengenai kecantikan pada wanita saat ini telah membuat wanita Indonesia menjadi wanita Asia yang membarat-baratkan dirinya, bukan justru menjadi dirinya sendiri.
Merubah hal-hal yang telah dimiliki tentu saja tidak murah. Dimulai dari pengeluaran untuk make up, salon, hingga operasi plastik. Pencitraan media mengenai kecantikan di Indoensia telah secara tidak langsung menggiring wanita Indonesia menjadi konsumtif dan tidak mesyukuri apa yang telah dianugerahkan padanya.
Selain itu, akhirnya mulai bermunculan juga wanita-wanita yang tidak berhasil memenuhi standar kecantikan itu yang pada akhirnya merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. Ketidakpercayaan dirinya itu pada akhirnya dapat membuat mereka tidak mampu bersosialisasi dengan baik dan menghambat mereka untuk menampilkan dirinya di dalam masyarakat.
Standarisasi kecantikan akibat pencitraan media ini merupakan suatu kemunduran bagi wanita Indoesia karena telah mendidik wanita Indonesia untuk tidak mensyukuri anugerah yang berada didalam dirinya dan membuat kecantiakn mereka menjadi tidak lagi alami dan mencerminkan ke khasan Indonesia.

    III.            Penutup
Apapun yang dicitrakan oleh media saat ini mengenai kecantikan wanita adalah kecantikan yang lebih mengarah kepada wanita-wanita dari bangsa barat adalah sesuatu hal yang tidak benar. Karena wanita Indonesia pada dasarnya memiliki suatu karakteristik tersendiri yang membuat kecantikannya lebih unik dan eksotis. Kita tidak perlu meniru-niru bangsa lain, karena kita seharusnya memiliki suatu standar kecantikan sendiri, apalagi kecantikan itu tidak hanya dari tampilan fisik saja, melainkan juga meliputi kualitas pikiran dan jiwa dari wanita tersebut. Kecantikan bukanlah hanya sekedar make-up, kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan yang alami dan berasal dari dalam diri wanita Indonesia.



Daftar Pustaka
Ibrahim, Idi Subandy. Budaya Populer sebagai Komunikasi. Jakarta: Jalasutra, 2007.
Quart, Alissa. Belanja Sampai Mati. Yogyakarta: Resist BooHedebro, Gok, 2008.
Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Dhakidae, Daniel. Perempuan, Politik, dan Jurnalisme: Tujuhpuluh tahun Toety Aziz. Jakarta: Yayasan Padi dan Kapas, 1994.
Ereste, En Jacob. Menggugat waita, sastra, dan budaya kita. Bandung: Binacipta, 1988.
Evans, Sara M. Lahir untuk Kebebasan: Sejarah Perempuan Amerika, Jilid 1. Jakarta: yayasan obor Indonesis. 1994.
Hedebro, Goran. Teori Komunikasi dan Perubahan Sosial. Jurnal Kumunikasi, 1993
Hermes, Joke. Reading Women’s Magazine: An Analysis of Everyday Media Use. Cambridge: Polity Press,1995.
Hermes, Joke. Media Figures in Identity Construction. London: Sage, 1999
Heryanto, Ariel. Perempuan = Dibela atau Dihapuskan. Bandung: Mizan. 2000.

Comments

Popular posts from this blog

I'm Dancing When I Was Shaking

Sederhana dalam Berbahagia

Hi Travelers Keep Travelling